Imām Bukhārī dan Imām Muslim meriwayatkan dari Abu Bakr aṣ-Ṣiddīq raḍiyallāhu’anhu, beliau berkata kepada Rasulullāh ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, “Ajarkanlah kepadaku suatu doa untuk aku baca di dalam ṣalātku.”
Maka, beliau menjawab, “Bacalah:
Nama asli Abū Bakr aṣ-Ṣiddīq adalah ‘Abdullāh bin Uṡmān. Beliau juga disebut dengan ‘Atiq. Ada tiga pendapat yang menjelaskan nama ini:
Imām Ibnul Jauzi menerangkan,
artikel: www.pemudamuslim.com
Maka, beliau menjawab, “Bacalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
ظُلْمًا كَثِيرًا ، وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
/Allāhumma inni ẓalamtu nafsī ẓulman kaṡīrā, wa lā yaghfiruẓẓunūba illa anta, faghfirlī maghfiratan min ‘indik, warḥamnī innaka antal Ghafūrur Raḥīm”/
Artinya:
Ṣaḥābat Periwayat Ḥadīṡ/Allāhumma inni ẓalamtu nafsī ẓulman kaṡīrā, wa lā yaghfiruẓẓunūba illa anta, faghfirlī maghfiratan min ‘indik, warḥamnī innaka antal Ghafūrur Raḥīm”/
Artinya:
“Ya Allāh, sungguh aku telah banyak menẓālimi diriku, dan tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Maka, ampunilah aku dengan ampunan/maghfirah dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(lihat Fāṭul-Bārī [2/369] dan Syarh Muslim li an-Nawawī [8/296])
Nama asli Abū Bakr aṣ-Ṣiddīq adalah ‘Abdullāh bin Uṡmān. Beliau juga disebut dengan ‘Atiq. Ada tiga pendapat yang menjelaskan nama ini:
- Karena Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa ingin melihat seorang yang dibebaskan (‘atiq) dari neraka, lihatlah Abū Bakr.” (HR. Tirmiżi, lihat aṣ-Ṣaḥīḥah [1574]).
- Karena ibunya menamai beliau dengan nama itu. Ini adalah pendapat Mūsā bin Ṭalḥah.
- Karena keelokan wajahnya, sebagaimana pendapat al-Laiṡ bin Sa’ad. Ibnu Qutaibah berkata, “Beliau diberi julukan dengannya oleh Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam karena keelokan wajahnya.”
- Beliau adalah lelaki yang pertama kali masuk Islam.
- Beliau termasuk di antara sepuluh orang Sahabat yang dijamin masuk surga. Lima orang diantara mereka masuk Islam di tangan Abu Bakar, yaitu: Uṡmān, Ṭalḥah, Zubair, ‘Abdurrahmān bin Auf, dan Sa‘ad bin Abī Waqqaṣ.
- Jumlah ḥadīṡ Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan olehnya adalah 142 hadits. Di antaranya delapan belas ḥadīṡ tercantum di dalam Ṣaḥīhain(Bukhārī dan Muslim). Yang disepakati oleh Bukhārī dan Muslim ada enam ḥadīṡ. Yang dibawakan oleh Bukhārī saja ada sebelas ḥadīṡ dan yang dibawakan oleh Muslim saja ada satu ḥadīṡ.
(lihat Kasyful Musykil min ḤadīṡṢaḥiḥain oleh Imām Ibnul Jauzi, 1/11)
Kandungan PelajaranImām Ibnul Jauzi menerangkan,
“Ẓālim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Ada pula yang menjelaskan bahwa ẓālim artinya bertindak di luar kekuasaan. Dua batasan ini ada pada diri orang yang bermaksiat. Keẓāliman terhadap diri yaitu dengan memperturutkan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan hukuman atasnya, atau menyebabkan berkurangnya pahala, atau membuat dirinya kehilangan suatu keutamaan.” (lihat Kaysful Musykil, 1/12)Imām Ibnul Jauzi berkomentar,
“Ḥadīṡ ini mengandung salah satu doa yang paling indah karena di dalamnya terkandung pengakuan tentang keẓāliman diri dan pengakuan dosa. Dosa-dosa itu bagaikan penghalang curahan nikmat. Dengan mengakuinya, akan bisa menghilangkan penghalang itu sehingga terangkatlah sesuatu yang menghalanginya.” (lihat Kaysful Musykil, 1/13).Beliau juga menjelaskan,
“Doa ini termasuk bacaan yang dianjurkan untuk dibaca di dalam ṣalāt sebelum salam, karena keṣaḥīḥan riwayatnya. Dibolehkan bagi orang yang sedang ṣalāt untuk membaca doa yang diambil dari al-Qur`ān atau yang bersumber dari ḥadīṡ yang ṣaḥīḥ dari Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan tidak boleh baginya berdoa dengan membaca doa lain yang hanya ucapan manusia biasa.” (lihat Kaysful Musykil, 1/13).Wallāhul muwaffiq
artikel: www.pemudamuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar