Dari Anas bin Malik, Rasulullah berkata,
“Pada hari qiyamah kelak akan didatangkan kepada
Allah seorang dari penghuni surga. Kemudian Allah bertanya, “Wahai anak
Adam, bagaimana kedudukan yang engkau dapatkan?” Ia menjawab, “Wahai
Rabbku ini adalah kedudukan yang terbaik.” Allah Ta’ala berfirman
(padanya), “Mintalah dan berharaplah.” Ia menjawab, “Wahai Rabbku, saya
tidak akan meminta dan berharap kecuali saya ingin dikembalikan ke dunia
agar saya terbunuh di jalan-Mu sepuluh kali lagi.” Hal itu karena ia
melihat keutamaan orang yang mati syahid.”
[Shahih: Shahih Muslim no. 1877; Sunan An-Nasa`i no. 3160]
Anda merasakan getaran yang kuat dari perkataan
salah seorang penghuni surga di dalam hadits ini? Anda merasakan nuansa
kegembiraan atas apa yang diterimanya di surga setelah ia wafat dalam
keadaan syahid? Anda merasakan isyarat akan betapa besarnya kebahagiaan
yang akan diterima oleh orang yang mati syahid? Semoga Allah menjadikan
qalbu Anda merasakannya. Jika belum juga, maka bacalah hadits berikut
ini dengan penuh penghayatan dan cinta. Anda akan merasakan keagungan
nikmat yang diterima oleh orang yang mati syahid.
Nu’aim bin Hammar menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah,
“Siapakah syuhada` yang paling utama?” Rasululah
menjawab, “Yaitu orang-orang yang berada di barisan (perang) yang tidak
melarikan diri sampai mereka terbunuh. Mereka adalah orang-orang yang
akan menghuni ruangan tertinggi di surga dan Rabb mereka akan tertawa
kepada mereka. Apabila Rabbmu telah tertawa kepada seorang hamba di
dunia, maka ia tidak akan dihisab.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 1107]
Anda sudah merasakannya wahai saudaraku? Ya,
bersyukurlah kepada Allah atas nikmat itu. Saya melihat wajah Anda
tersenyum bahagia membaca hadits di atas dan qalbu Anda penuh dengan
optimism. Benarkah demikian saudaraku? Baiklah, saya sudah merasakan
besarnya semangat Anda dan keingintahuan Anda tentang cara meraih
derajat syahid. Berikut ini saya paparkan amal-amal yang bisa
mengantarkan kita kepada derajat syahid, tanpa kita terjun ke medan
jihad fi sabilillah lantas wafat di sana. Anda sudah siap mengetahui
amal-amal tersebut? Mari kita kaji.
Pertama, orang yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berjihad, kemudian ia mati dengan sebab apapun.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah berkata,
“Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk berjihad di
jalan Allah kemudian mati terbunuh, mati terjatuh dari tunggangannya,
mati disengat hewan beracun, atau mati di atas ranjangnya dengan jalan
(cara) apapun yang Allah kehendaki, maka ia mati syahid dan ia berhak
mendapatkan surga.”
[Shahih: Sunan Abu Dawud no. 2499. Shahih Al-Jami’ no. 6413]
Kedua, orang yang terbunuh di jalan Allah sekaligus peralatan jihadnya.
Dari Abu Umamah, Rasulullah berkata,
“Sebaik-baik orang yang mati syahid adalah orang yang darahnya dialirkan (terbunuh oleh musuh) dan kudanya juga dibunuh.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 1108]
Ketiga, orang yang berdoa meminta kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan syahid meskipun ia mati di atas tempat tidurnya.
Dari Sahl bin Hunaif, Rasulullah berkata,
“Barangsiapa benar-benar meminta mati syahid
niscaya Allah mengantarkannya kepada derajat orang-orang yang mati
syahid sekalipun ia mati di atas ranjangnya.”
[Shahih: Shahih Muslim no. 1909]
Ibnu Hajar berkata,
“Derajat orang yang berjihad terkadang bisa diraih
oleh orang yang tidak berjihad. Bisa jadi karema niatnya yang tulus atau
bisa juga karena amal shalih yang menyamainya. Setelah menjelaskan
bahwa surga firdaus itu dipersiapkan untuk orang-orang yang berjihad,
Allah memerintah kita untuk berdoa meminta surga Firdaus.”
[Fat-h Al-Bari 6/16 syarah hadits no. 279]
Keempat, orang yang mati karena terserang penyakit tha’un.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah berkata,
“Orang yang lari (menghindar) dari penyakit tha’un
seperti orang yang lari dari peperangan. Siapa yang bersabar
menerimanya, niscaya mendapatkan pahala mati syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4277]
Kelima, meninggal karena membela hartanya.
Dari ‘Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Rasulullah berkata,
“Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya maka
ia mati syahid.” Dalam suatu riwayat disebutkan dengan redaksi,
“Barangsiapa yang hartanya hendak diambil orang tanpa alasan yang benar,
kemudian ia mempertahankannya sampai ia terbunuh, maka ia mati syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Bukhari no. 2480; Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 4771]
Kelima, meninggal karena membela diri, agama, atau keluarganya.
Dari Sa’id bin Zaid, Rasulullah berkata,
“Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya
berarti ia mati syahid, barangsiapa terbunuh karena membela darahnya
berarti ia mati syahid, barangsiapa terbunuh karena membela agamanya
berarti ia mati syahid, dan barangsiapa terbunuh karena membela
keluarganya berarti ia mati syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 6445; Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 4772]
Saya mendengar hati Anda bertanya, ”Saya ingin
tetap hidup dan harta saya masih ada. Apa saya tidak boleh untuk tetap
hidup dan tidak meninggal terlebih dahulu?” Saudaraku, ternyata
kegusaran hati Anda ini sudah pernah dialami oleh shahabat Rasulullah.
Dari Mukhariq, ia menceritakan, Seseorang datang kepada Nabi, ia
berkata, “Seseorang datang kepadaku, kemudian ia menginginkan hartaku?”
Nabi memberikan solusi, ”Ingatkanlah ia kepada Allah.” Ia menyahut,
”Jika ia tidak mau mengingat-Nya?” Nabi memberikan solusi kembali,
”Mintalah pertolongan kepada orang-orang di sekitarmu dari kaum
muslimin.” Ia bertanya, ”Jika di sekitarku tidak ada seorang pun dari
kaum muslimin?” Nabi melanjutkan solusi beliau, ”Memintalah pertolongan
kepada penguasa.” Ia masih bertanya lagi, ”Jika penguasa jauh dariku?”
Akhirnya Nabi memerintahkannya, ”Hadapilah ia, maka Anda termasuk
golongan syahid akhirat atau Anda mempertahankan hartamu.”.”
[Hasan shahih: Shahih Sunan An-Nasa`i no. 4092; Ahkam Al-Janaiz hal. 41]
Saudaraku, bagaimana? Sudah tenangkah Anda
sekarang? Saudaraku, membela diri itu wajib. Ketika ada orang yang
menzhalimi kita, kita wajib untuk melawannya dan menghentikannya dari
kezhalimannya. Jadi makna hadits di atas bukanlah berarti ketika ada
orang yang menzhalimi kita, lantas kita pasrah diam begitu saja
mempersilahkan orang itu menzhalimi kita.
Tidak begitu wahai saudaraku. Itu adalah sikap yang
memalukan. Bahkan Allah telah menegaskan akan kewajiban membela diri
dan memujinya. ”Dan mereka itu apabila ditimpa kezhaliman, mereka dapat
mempertahankan (menolong) diri sendiri.” [Al-Qur`an surah Asy-Syura (42)
ayat 39].
Lawanlah setiap kezhaliman wahai saudaraku! Atau jika engkau
tidak ingin, maka kewajiban Anda hanyalah mencegah kezhaliman itu agar
tidak semakin besar dan berlanjut.
Keenam, meninggal karena sakit radang selaput dada.
Dari ‘Uqbah bin Amir, Rasulullah berkata,
“Meninggal karena dzatul janbi (sakit radang tenggorokan) adalah syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 6738]
Dzatul janbi adalah bisul yang tumbuh di
tenggorokan dan tumbuh ke arah dalam atau ke arah luar sampai membuat
penderitanya meninggal. [Lihat Jami’ Al-Ushul, Ibnu Al-Atsir 2/742]
Ketujuh, meninggal karena mabuk laut dan tenggelam.
Dari Ummu Haram, Rasulullah berkata,
“Orang yang (meninggal karena) mabuk laut akan
mendapatkan pahala orang yang mati syahid. Dan orang yang mati karena
tenggelam mendapatkan pahala dua orang yang mati syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 6642]
Tenggelam tidak hanya di air, tapi tenggelam
mencakup pula tenggelam di darat, seperti tertimbun longsor, tertimbun
saat menggali, tertimbun saat berada di dalam gua, tertimbun hujan abu
vulkanik, tertimbun tsunami, dan sejenisnya.
Kedelapan, meninggal karena penyakit perut,
terbakar, terkena banjir, atau wanita yang meninggal ketika melahirkan
atau karena melahirkan (yaitu saat nifas).
Dari Rasyid bin Hubaisy, Rasulullah berkata,
“Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid.
Orang yang mati karena sakit tha’un adalah syahid. Orang yang mati
karena tenggelam adalah syahid. Orang yang mati karena wabah penyakit
perut adalah syahid. Orang yang mati karena terbakar adalah syahid.
Orang yang mati karena banjir adalah syahid. Wanita yang meninggal
ketika melahirkan, besok akan ditarik oleh anaknya dengan pusarnya ke
surga.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4439]
Dari ‘Abdullah bin Busr, Rasulullah berkata,
“Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid,
orang yang meninggal karena wabah penyakit perut adalah syahid, orang
yang meninggal karena wabah penyakit tha’un adalah syahid, orang yang
meninggal karena tenggelam adalah syahid, dan wanita yang meninggal
karena melahirkan adalah syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4441]
Kesembilan, meninggal karena tabrakan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata,
“Orang-orang yang mati syahid itu ada lima; orang
yang meninggal karena wabah penyakit tha’un, orang yang meninggal karena
wabah penyakit perut, orang yang meninggal karena tenggelam, orang yang
meninggal karena tabrakan, dan orang yang (meninggal) ketika berjihad
di jalan Allah.”
[Shahih: Shahih Al-Bukhari no. 2829; Shahih Muslim no. 1914]
Kesepuluh, wanita yang meninggal bersama janinnya.
Dari Jabir bin Atik, Rasulullah berkata,
“Orang yang mati syahid selain orang yang terbunuh
di jalan Allah ada tujuh; orang yang terbunuh di jalan Allah adalah
syahid, orang yang meninggal karena terjangkit wabah tha’un adalah
syahid, orang yang meninggal karena tenggelam adalah syahid, orang yang
meninggal karena penyakit radang selaput dada adalah syahid, orang yang
meninggal karena wabah penyakit perut adalah syahid, orang yang
meninggal karena terbakat adalah syahid, orang yang meninggal karena
tabrakan adalah syahid, wanita yang meninggal bersama janin yang ada
dalam kandungannya adalah syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 3739]
Kesebelas, meninggal karena penyakit paru-paru.
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit, Rasulullah berkata,
“Orang yang meninggal karena penyakit paru-paru adalah syahid.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 3691]
Keduabelas, meninggal karena membela diri dari kezhaliman orang lain.
Dari Suwaid bin Muqarrin, Rasulullah berkata,
“Siapa yang terbunuh karena menentang orang yang menzhaliminya, maka ia adalah syahid.”
[Shahih: Shahih Sunan An-Nasa`i no. 4107; Ahkam Al-Janaiz hal. 42]
Saudaraku, itulah keduabelas amalan yang bisa
membantu kita meraih derajat syahid. Sebenarnya masih banyak lagi
amalan-amalan serupa. Yang lebih penting adalah, bagaimana kita bisa
konsisten mengamalkannya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita. Aamiin.
Ditulis oleh Brilly El-Rasheed (brillyyudhowillianto@gmail.com)
Copy Right © 1431 Brilly El-Rasheed
Disebarkan oleh www.thaybah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar