Selasa, 08 Mei 2012

♥ UJIAN-UJIAN RASULALLAH ♥


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

Sungguh merupakan perkara yang sangat menyedihkan dan sangat berat tatkala seseorang harus kehilangan orang yang dicintainya, baik anak yang disayang, apalagi berbakti, ibu yang penyayang, sahabat dekat, istri tercinta dan lain-lain.


Allah berfirman:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada-mu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikan-lah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
(QS. Al-Baqarah : 155)

As-Syaikh As-Sa'di rahimahullah berkata :

“(Dan jiwa) yaitu dengan perginya orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, kerabat, maupun sahabat”
(Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 155)

Tentunya semakin tinggi Iman seseorang maka akan semakin tinggi ujian yang akan dihadapinya.


Dan tidak diragukan lagi bahwasanya ujian-ujian yang pernah dihadapi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ujian yang sangat berat.

Nabi telah diuji dengan ujian-ujian yang berat dan bermacam-macam.
Diantara ujian-ujian tersebut adalah perginya orang-orang yang dikasihi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah kehilangan ayahnya sebelum kelahirannya.

Ia tidak pernah merasakan belaian ayahnya, tidak pernah melihat senyuman ayahnya.
Demikian pula ia telah kehilangan ibunya yang sangat beliau sayangi tatkala berusia enam tahun.

Tatkala sang ibu membawanya untuk bersafar menziarahi kerabat/paman-paman ayahnya dari Bani ‘Adi bin Najjaar di kota Madinah.

Tatkala di tengah perjalanan pulang ke Mekah di suatu daerah yang bernama Abwaa' (antara kota Madinah dan Mekah) maka sang ibu tercinta pun sakit.
Hingga akhirnya sang ibu-pun meninggal di tempat tersebut.
(Lihat As-Siiroh An-Nabawiyah fi Dloui al-Mashoodir al-Ashliyah hal 110).

Semua itu dilihat dan disaksikan oleh sang kecil Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Kita bisa bayangkan bagaimana kesedihan yang meliputi hati si kecil Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tatkala menyaksikan di hadapannya sang ibu yang sakit parah hingga meninggalkan dunia ini.
Ini semua kesedihan yang telah dirasakan oleh Nabi semenjak kecil beliau.

Sebagaimana manusia yang lain, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga mengalami apa yang dirasakan oleh manusia yang lain, seperti kegembiraan, kesedihan, keriangan, kesempitan, kelapangan, sehat, sakit, kehidupan dan kematian.

Karenanya jika Nabi mengalami kesedihan maka terkadang air mata beliau mengalir.

♥ PERTAMA :

Ujian Dan Tangisan Nabi tatkala putranya Ibrahim meninggal.

Sungguh berat ujian yang dihadapi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seluruh anak beliau meninggal sebelum beliau, kecuali Fathimah radhiallahu 'anha yang meninggal setelah meninggalnya Nabi.


Jika kehilangan seorang anak yang dicintai saja sudah terasa sangat berat maka bagaimana lagi jika kehilangan enam orang anak sebagaimana yang dialami oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam..?


Karenanya Allah menyediakan ganjaran yang besar bagi seseorang yang bersabar karena

kehilangan buah hatinya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

“Jika anak seseorang meninggal, maka Allah berkata kepada para malaikat-Nya:

“Apakah kalian telah mengambil nyawa putra hamba-KU..?”


“Mereka (para malaikat) menjawab:

“Iya.”

Allah berkata:

“Apakah kalian telah mengambil buah hatinya.?”

Mereka menjawab:

“Iya.”

Allah berkata:

“Apakah yang diucapkan oleh hamba-KU..?”

Mereka berkata:

“Hamba-Mu memuji-MU dan beristrjaa' (mengucapkan innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji'uun).”

Allah berkata:

“Bangunkan bagi hamba-KU sebuah rumah di Syurga dan namakan rumah tersebut dengan “Rumah pujian”
(HR. At-Thirmidzi no. 1021 dan dishahihkan oleh Al-Albani di As-Shahihah no. 1408)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dianuegrahi enam orang putra-putri yaitu:

1. Qosim,
2. Zainab,
3. Ruqooyah,
4. Ummu Kultsuum,
5. Fathimah,
(dan ada yang berpendapat bahwa Ummu Kaltsuum lebih muda daripada Fathimah),
6. Abdullah, (yang dilahirkan setelah kenabian).

Kedua putra beliau Qosim dan Abdullah meninggal tatkala masih kecil.

Ada-pun keempat putri beliau seluruhnya masuk Islam setelah kenabian beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka sungguh bisa dibayangkan kerinduan Nabi untuk memiliki anak laki-laki, karena yang tersisa hanyalah anak-anak perempuannya.


Akhirnya Allah menganugerahkan beliau dari Mariyah Al-Qibthiyah seorang putra yang beliau namakan Ibrahim.


Tatkala lahir Ibrahim maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan penuh gembira mengabarkannya kepada para sahabat;


“Malam ini aku dianugerahi seorang putra, aku menamakan nya dengan nama bapak-ku, Ibrahim”

(HR Muslim no. 3315)

Dan sebagaimana adat kaum Arab jika ada anak mereka yang lahir maka dicarikan juga baginya ibu susuan.

Karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyerahkan Ibrahim kepada ibu susuannya Ummu Saif Khaulah binti Al-Mundzir Al-Anshooriyah radhiallahu 'anha, yang memiliki seorang suami, seorang pandai besi yang dikenal dengan Abu Saif.
Mereka tinggal di daerah 'awali di Madinah.

Nabi sangat menyayangi Ibrahim, bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berjalan jauh ke daerah ‘awali hanya untuk mencium putranya tersebut.


Dari Anas Bin Malik -semoga Allah meridhoinya- berkata :

“Aku tidak pernah melihat seorang-pun yang lebih sayang kepada anak-anak dari pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Putra Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah ‘Awaali di kota Madinah. Maka Nabi-pun berangkat (kerumah ibu susuan tersebut) dan kami bersama beliau, lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. Nabi-pun mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali”
(HR. Muslim no 2316).

Akan tetapi kegembiraan dan kebahagiaan ini tidak berlangsung lama karena tatkala Ibrahim berumur 16 atau 17 bulan ia-pun sakit keras hingga meninggal dunia”

(Lihat Al-Minhaaj Syarah Shahih Muslim karya An-Nawawi 15/76).

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata;

“Rasulullah masuk (di rumah ibu susuan Ibrahim) menemui Ibrahim yang dalam keadaan sakaratul maut bergerak-gerak untuk keluar ruhnya. Maka kedua mata Nabi shalallahu 'alaihi wasallam-pun mengalirkan air mata.

Abdurrahman bin 'Auf berkata;

“Engkau juga menangis wahai Rasulallah..?”

Maka Nabi berkata;

“Wahai Abdurrahman bin 'Auf, ini adalah rahmah (kasih-sayang)”.

Kemudian Nabi kembali mengalirkan air mata dan berkata;

“Sungguh mata menangis dan hati bersedih, akan tetapi tidak kita ucapkan kecuali yang diridhoi oleh Allah, dan sungguh kami sangat bersedih berpisah dengan-mu wahai Ibrahim”
(HR. Al-Bukhari no. 1303)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam juga berkata;


“Sesungguhnya Ibrahim putra-ku meninggal dalam masa persusuan, dan sesungguhnya baginya di Syurga dua orang ibu susuan yang akan menyempurnakan susuannya“

(HR. Muslim no. 2316)

Kita bisa membayangkan bagaimana kesedihan yang dirasakan Nabi, putra yang sangat disayanginya, yang sangat diharapkan setelah meninggalnya kedua putranya dahulu, meninggal dalam keadaan menggeliat menghadapi sakaratul maut di pangkuan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ini-lah yang membuat beliau mengalirkan air mata.



♥ KEDUA :

Ujian Dan Tangisan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tatkala putrinya Ummu Kaltsuum meninggal.

Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata;


“Kami menghadiri pemakaman putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Rasulullah duduk di atas mulut kuburan (yang sudah digali). Aku melihat kedua mata beliau mengalirkan air mata, dan beliau berkata:

“Apakah ada diantara kalian yang malam ini belum berbuat (berhubungan dengan
istrinya)..??”

Abu Tolhah berkata;

“Saya.”

Nabi-pun berkata;

“Turun-lah engkau di kuburan putriku..!”

Abu Tholhah lalu turun dan menguburkan putri Nabi”

(HR Al-Bukhari no. 1342)

“Putri Nabi yang dikuburkan dalam hadits ini adalah Ummu Kaltsuum radhiallahu 'anhaa dan bukan Ruqoyyah, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak menghadiri wafatnya Ruqoyyah karena perang Badar”

(Lihat Syarah Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Baththool 3/328, Fathul Baari 3/158, dan Irsyaadus Saari, karya Al-Qosthlaani 2/438)



♥ KETIGA :

Ujian Dan Tangisan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tatkala melihat salah seorang cucunya menggeliat menghadapi sakaratul maut.

Usaamah bin Zaid rahdiallahu 'anhu berkata;


“Salah seorang putri Nabi mengirimkan utusan kepada Nabi untuk mengabarkan bahwa :

“Putra-ku sedang sakaratul maut, maka hendaknya engkau datang.”

Nabi-pun mengirim utusan kepada putrinya tersebut dan mengirim salam kepadanya dan berkata; “Sesungguhnya milik Allah, apa yang Allah ambil, dan milik Allah juga apa yang telah Allah anugerahkan, dan segala sesuatu dari sisi-Nya ada waktu dan ketentuannya, maka hendaknya putri-ku bersabar dan mengaharapkan pahala dari Allah”


Akan tetapi putri Nabi kembali mengirimkan utusannya mengabarkan kepada Nabi bahwasanya putrinya telah bersumpah agar Nabi datang.


Maka Nabi-pun datang bersama Sa'ad bin 'Ubaadah, Mu'adz bin Jabal, Ubai bin Ka'ab, Zaid bin Tsaabit dan beberapa sahabat lainnya radhiallahu 'anhum.


Lalu sang anak-pun diangkat ke Nabi, Nabi-pun meletakkannya di pangkuannya, sementara sang anak meronta-ronta.

(Melihat hal itu) maka kedua mata Nabi-pun mengalirkan tangisan.

Sa'ad berkata;

“Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis..?”

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam berkata;

“Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang Allah jadikan di hati para hamba-Nya”
(HR Al-Bukhari no 1284 dan Muslim no 923)

Para ulama telah berselisih tentang siapa-kah putri Nabi yang disebutkan dalam hadits ini.?


Karenanya mereka juga berselisih siapa-kah cucu Nabi yang disebutkan dalam hadits ini..?


Ada yang mengatakan bahwa putri Nabi tersebut adalah Ruqoyyah istri Utsmaan bin 'Afaan, dan cucu Nabi tersebut adalah Abdullah bin 'Utsmaan.

Ada yang mengatakan bahwa putri Nabi tersebut adalah Fathimah istri Ali bin Abi Tholib, dan cucu Nabi tersebut adalah Muhsin bin Ali bin Abi Thoolib.
Dan ada yang mengatakan bahwa putri Nabi tersebut Zainab istri Abul 'Aash.
Dan Zainab hanya memiliki dua anak dari Abul 'Aash yaitu Ali dan Umaimah.

Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Hajar bahwasanya cucu Nabi yang disebutkan dalam hadits ini adalah Umamah binti Abul 'Aash.


Akan tetapi Ibnu Hajar berpendapat bahwa Umamah setelah didatangi Nabi akhirnya sembuh dan tidak meninggal.

Karena para ulama telah sepakat bahwasanya Umamah bin Abil 'Aash hidup setelah meninggalnya Nabi, bahkan Umamah dinikahi oleh Ali bin Abi Tholib setelah wafatnya Fathimah radhiallahu 'anha.
(Fathul Baari 3/156-157)..


Akhirul kalam..

“Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar